Profil Perempuan Indonesia
Pada tahun 2019, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan buku Profil Perempuan Indonesia (PPI). Buku PPI tersebut berisikan kumpulan data statistik dan analisis mengenai kondisi pendidikan, kesehatan, ekonomi, teknologi dan informasi, hingga faktor-faktor yang menyebabkan perempuan mengalami ketimpangan pembangunan di Indonesia.
Ditinjau dari segi ekonomi, data statistik yang dilampirkan dalam buku tersebut mengungkapkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki yakni perempuan sebesar 51,88 persen sedangkan laki-laki mencapai 82,69 persen.
Dari 17 lapangan pekerjaan utama, mayoritas perempuan bekerja pada tiga lapangan pekerjaan utama yakni pertanian, kehutanan, dan perikanan (26,62 persen), kemudian perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor (23,71 persen), dan industri pengolahan (16,45 persen).
Dari profil tersebut juga diketahui bahwa sebanyak 6 dari 10 perempuan berusia 15 tahun keatas bekerja di sektor informal. Alasan banyak perempuan bekerja di sektor informal adalah tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan perempuan karena salah satu dari ciri sektor informal adalah tidak membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi. Berkaitan dengan rata-rata upah gaji bersih per bulan pun pekerja laki-laki lebih tinggi dari perempuan, baik di pedesaan maupun perkotaan di mana pekerja laki-laki memperoleh rata-rata upah sebesar Rp 3.064.920 sedangkan perempuan mendapatkan Rp 2.398.674.
Ditinjau dari sisi teknologi dan informasi, perempuan juga mengalami sedikit ketertinggalan dari laki-laki. Dari hasil Susenas 2018 menunjukkan penduduk usia 5 tahun ke atas yang menggunakan HP sebesar 73,77 persen. Bila dilihat menurut jenis kelamin, 5 dari 7 perempuan menggunakan HP (70,49 persen) dan 7 dari 9 laki-laki menggunakan HP (77,04 persen). Sedangkan untuk statistik mengenai akses terhadap internet, hasil Susenas 2018 mencatat sebesar 39,90 persen penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas mengakses internet dalam 3 bulan terakhir. Perempuan yang mengakses internet sebesar 37,49 persen sedangkan laki-laki sebesar 42,31 persen.
Di sisi lain, kemajuan teknologi seperti robotik dan otomatisasi semakin memperkecil kesempatan kerja untuk perempuan di masa depan. Dilansir dari CNN Indonesia, Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization/ ILO) menyebutkan bahwa sekitar 60 juta atau 56 persen pekerja di Indonesia menghadapi risiko akan tergantikan oleh otomatisasi atau mesin. Jumlah 56 persen tersebut selanjutnya disebutkan bahwa perempuan menduduki posisi yang paling banyak terancam.
Upaya Pemberdayaan Kaum Muda Perempuan melalui Program Mentoring
Melihat latar belakang tersebut, Yayasan Plan International Indonesia berkolaborasi dengan Dampak Sosial Indonesia yang bernaung dibawah Yayasan Maxima Indonesia menginisiasi sebuah program bernama Mentoring Tech Muda. Mentoring Tech Muda adalah program pembekalan keterampilan untuk kaum muda yang kurang mampu secara finansial, terutama perempuan, dalam rangka persiapan untuk memasuki dan beradaptasi di dunia kerja serta bersaing dalam lapangan kerja di bidang IT.
Program yang berlangsung sejak Juli 2019 hingga September 2020 ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta Tech Muda dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat persiapan kerja maupun setelah masuk ke dunia kerja. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesempatan ekonomi melalui penguatan keterampilan hidup, kemampuan pengelolaan keuangan dan pembangunan akses, jejaring, serta lingkungan sosial yang mendukung melalui sistem mentoring yang berkelanjutan.
Pengembangan Diri dari Sisi Hardskill Maupun Softskill
Pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk peserta diberikan oleh NF Computer dalam bentuk penyampaian materi melalui kelas-kelas pelatihan dalam rangka pembekalan hard skill dan pendampingan tatap muka melalui kegiatan mentoring dalam rangka pembekalan soft skill. Keduanya memiliki kedudukan yang sama penting dalam pengembangan kapasitas diri para peserta. Kelas-kelas pelatihan menghadirkan pembicara yang mewakili peran pekerja dan pengusaha dan berasal dari 2 bidang pekerjaan berbeda sesuai dengan kelas yang dibuka yaitu Web Development dan Digital Marketing.
Kegiatan mentoring dititikberatkan pada pendampingan soft skill peserta dalam bentuk kelompok-kelompok kecil untuk saling berbagi mengenai tujuan hidup, perencanaan persiapan kerja, membangun keterampilan interpersonal, pengelolaan keuangan, dan membangun jaringan. Peserta dengan jumlah yang mencapai 150 orang memiliki kesempatan yang sama untuk bisa berdiskusi langsung dengan para mentor yang telah lebih dulu merasakan pengalaman kerja maupun berwirausaha. Selain pelatihan dan mentoring, peserta maupun mentor juga dibekali dengan modul berisi materi dan worksheet yang mampu membantu mereka memahami informasi persiapan kerja secara terintegrasi.
Added Value untuk Para Mentor yang Bekerja secara Sukarela
Keberhasilan program Mentoring Tech Muda tidak lepas dari para mentor yang memiliki peran sebagai frontliner dalam memberikan pendampingan kepada para peserta secara sukarela. Dalam mempertahankan motivasi para mentor, Yayasan Maxima Indonesia menyelenggarakan beberapa kegiatan yang mampu memberikan added value kepada para mentor seperti gathering mentor, pemberian insentif non-material berupa pelatihan skill yang menunjang, dan bingkisan Hari Raya.
Gathering mentor diselenggarakan dengan mengundang para mentor untuk makan siang sambil bercerita mengenai kondisi kelompok mentoring masing-masing dan apa tantangan yang mereka alami. Momen kumpul seperti ini dapat meningkatkan kedekatan (engagement) antara satu mentor dengan mentor lainnya, sehingga para mentor merasa mendapatkan added value berupa perluasan relasi seperti teman baru.
Pemberian insentif non-material dilakukan melalui pelatihan peningkatan kapasitas untuk mentor yang membahas mengenai kemampuan yang dibutuhkan untuk mentoring, namun dapat berguna di kehidupan sehari-hari. Dengan diadakannya pelatihan tersebut, beberapa mentor merasa mendapatkan added value dari program ini. Mereka juga merasa lebih semangat untuk menerapkan materi yang didapat dengan melakukan mentoring ke kelompok masing-masing.
Penyesuaian dengan Kondisi Pandemi
Sejak ditetapkannya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada pertengahan bulan Maret 2020 lalu, program Mentoring Tech Muda melakukan langkah penyesuaian program sebagai upaya untuk tetap mencapai tujuan pelaksanaan program. Penyesuaian secara signifikan terletak pada program mentoring yang semula diadakan secara langsung melalui tatap muka menjadi mentoring lanjutan yang diadakan secara daring.
Pertemuan mentoring secara tatap muka diadakan satu kali setiap pekan. Mentoring tatap muka hanya berlangsung selama 6 pekan, sedangkan mentoring selanjutnya diadakan secara daring sebanyak 1 (satu) kali selama jangka waktu 2-3 pekan. Terhitung jumlah mentoring lanjutan diadakan sebanyak 12 kali.
Tantangan yang dihadapi dengan adanya pelaksanaan mentoring secara daring yaitu koneksi internet yang tidak stabil. Kemudahan yang dirasakan terletak pada penentuan jadwal mentoring yang cocok antara mentor dengan peserta. Yayasan Maxima Indonesia menetapkan jadwal yang spesifik untuk pelaksanaan mentoring secara serentak. Upaya tersebut mendapatkan umpan balik yang baik dari peserta maupun mentoring, dibuktikan dengan peserta yang mampu berpartisipasi hingga program ini berakhir.